Rabu, 29 Februari 2012

Kimia Menyenangkan


MAKALAH
KIMIA BAHAN MAKANAN
“PENAMBAHAN MELAMIN (C3H6N6) PADA SUSU
unib warna.jpg





Disusun Oleh:
Nama        : Novi Larasati
NPM         :A1F009039
Prodi        : Pendidikan Kimia
Dosen       : Dewi Handayani, M.Si      



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2011
ABSTRAK
Skandal penambahan melamine pada produk susu bubuk import china telah menggegerkan di banyak negara asia, eropa, amerika termasuk indonesia. Who dan unicef melaporkan pada beberapa waktu lalu, beberapa negara asia, eropa Telah melarang produk susu bubuk import asal china yang terkontaminasi oleh melamine. Melamine berupa bubuk putih yang dipergunakan dalam pembuatan barang-barang terbuat dari plastik.  Melamine ditambahkan dalam susu karena melamin kaya akan nitrogen dan harganya murah, disamping warnanya yang putih sehingga sulit dideteksi dengan mata telanjang. Pada susu yang tidak memenuhi persyaratan karena standart rendah atau susu encer/ susu yang kadar airnya tinggi bila dibubuhkan melamin sedikit saja maka akan meningkatkan kadar protein pada susu bubuk tersebut sehingga waktu diadakan pengetesan pada susu, maka susu tersebut akan lolos dari peraturan penerimaan susu bahwa susu yang baik adalah mengandung kadar protein tetentu. Karena metode standart untuk menguji kadar protein susu bubuk atau susu cair memakai ukuran kandungan total nitrogen. Karena alasan inilah melamine ditambahkan pada susu. Gejala yang diamati akibat kontaminasi melamin terdapat pada darah di urine, produksi urine yang sedikit, atau sama sekali tidak dihasilkan, tanda-tanda infeksi ginjal, dan tekanan darah tinggi

     Kata kunci: Zat aditif, melamin, susu








BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Kondisi persaingan bisnis tidak sehat sekarang ini telah menjadi- jadi. Di dalam negeri daging sampah olahan di jual lagi, diluar negeri Susu dicampur melamin sangatlah tidak manusiawi. Seandainya orang yang mencampur melamin kedalam susu mempunyai pengetahuan tentang melamin dan dia mempunyai anak pasti dia tidak akan memberikan susu tersebut atau akan menyimpannya rapat- rapat.
Melamin merupakan bubuk putih yang digunakan dalam pembuatan barang –barang terbuat dari plastik. Melamin disintesa oleh peneliti Jerman tahun 1830. Yang paling banyak dipakai adalah dalam bentuk Melamin resin (semacam lem ) yakni : campuran melamine dan formaldehyde digunakan dalam formica, floor tiles, whiteboards dan peralatan dapur. Atau barang- barang yang berhubungan dengan lem playwood.
Melamin yang ditemukan dalam sejumlah produk makanan ternyata bukan akibat terkontaminasi. Namun zat yang membahayakan kesehatan itu sengaja dimasukkan ke dalam produk makanan. Maksud dicampurkan melamin ke dalam makanan agar produk tersebut terlihat bagus. Sebab sekitar 66 % kadar nitrogen dalam melamin dapat terlihat sebagai protein. Selain itu penambahan melamin diatas kertas memang betul- betul dapat menaikkan kandungan protein.
Analisa protein biasanya dilakukan dengan metode kjeldahl, mengukur jumlah nitrogen yang kemudian di konversikan menjadi jumlah protein dengan suatu tetapan standar. Saat dilakukan uji analisa kandungan protein, hasil menunjukkan kandungan nitrogen yang besar. Padahal sebenarnya angka tersebut diperoleh bukan hanya dari protein, namun juga melamin. Karena melamin ini memiliki gugus nitrogen, maka sejumlah nitrogen yang terukur akan semakin bertambah





1.2  Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan zat aditif?
2. Apakah manfaat dari zat aditif pada makanan?
3. Ada berapakah jenis-jenis zat aditif?
4. Apa saja bahaya bahan aditif makanan terhadap kesehatan?
5. Bagaimana kandungan melamin pada susu ?
6.      Bagaimana bahaya melamin  bagi kesehatan tubuh?
7.      Bagaimana solusi kesehatan dalam mengkonsumsi susu?

1.3  Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang zat aditif dan manfaatnya pada makanan
2. Untuk mengetahui jenis-jenis zat aditif
3.  Untuk mengetahui bahaya bahan aditif makanan terhadap kesehatan
4.  Untuk mengetahui  kandungan melamin pada susu
5.      Untuk mengetahui bahaya melamin  bagi kesehatan tubuh
6.      Untuk mengetahui solusi kesehatan dalam menkonsumsi susu

1.4  Manfaat

1.      Mahasiswa dapat mengetahui kandungan melamin pada susu
2.      Mahasiswa dapat mengetahui bahaya melamin  bagi kesehatan tubuh
3.      Mahasiswa dapat mengetahui solusi kesehatan dalam menkonsumsi susu







BAB II
ISI
2.1 Zat Aditif
Aditif adalah bahan kimia yang dicampurkan ke dalam makanan yang berguna untuk meningkatkan kualitas, menambahkan kelezatan dan menjaga kesegaran makanan tersebut. Penggunaan aditif sebenarnya bermula sejak ribuan tahun lalu. Nenek moyang kita telah menggunakan garam untuk mengawet daging dan ikan, rempah untuk melezatkan makanan, dan cuka serta gula untuk menyimpan buah-buahan.
Departemen Kesehatan dan BPOM mengistilahkan Bahan aditif Makanan dengan BPT (Bahan Tambahan Pangan ). Bahan Tambahan Pangan adalah bahan tambahan pangan yang dapat mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman atau penguraian dan perusakan lainnya terhadap pangan yang disebabkan oleh mikroorganisme. Kerusakan tersebut dapat disebabkan oleh fungi, bakteria dan mikroba lainnya. Kontaminasi bakteria dapat menyebabkan penyakit yang dibawa makanan (food borne illness) termasuk botulism yang membahayakan kehidupan
Aditif Makanan atau Pengawet pangan adalah upaya untuk mencegah, menghambat pertumbuhan mikroba yang terdapat dalam pangan. Pengawetan dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu penggunaan suhu rendah, suhu tinggi, iradiasi atau dengan penambahan bahan pengawet (BTP Pengawet). Produk-produk pangan dalam kemasan yang diproses dengan panas atau disebut sterilisasi komersil seperti kornet dalam kaleng atau susu steril dalam kemasan tetrapak tidak menggunakan bahan pengawet karena proses termal sudah cukup untuk memusnahkan mikroba pembusuk dan patogen. Produk-produk ini akan awet lebih dari setahun meskipun disimpan pada suhu kamar.
Aditif dapat berasal dari sumber alami, contohnya lesitin daripada kacang soya dan jagung atau serbuk pewarna bit daripada lobak bit. Aditif sintetik pula dihasilkan melalui tindak balas kimia. Keaslian aditif sintetik mudah dikenal dalam pembuatan dan pemrosesan bahan makanan tersebut. Aditif yang bertindak sebagai pewarna telah digunakan untuk memberi warna kuning kepada mentega sejak dahulu kala. Penduduk Asia telah menggunakan sejenis sup atau makanan lainnya dengan pemberian bahan  mononatrium glutamat atau MSG, sejak 2.000 tahun lalu.
2.2 Manfaat Aditif Makanan
Berbagai manfaat Aditif Makanan diantaranya adalah:
  1. Untuk mempertahankan kelezatan dan kesehatan (wholesomeness) pangan.
Pengawet menahan kerusakan pangan yang disebabkan oleh kapang, bakteria, fungi atau khamir. Kontaminasi bakteria dapat menyebabkan penyakit yang dibawa makanan (food born illness) termasuk botulism yang membahayakan kehidupan. Antioksidan adalah pengawet yang mencegah terjadinya bau yang tidak sedap. Antioksidan juga mencegah potongan buah segar seperti apel menjadi coklat bila terkena udara.
  1. Mengembangkan atau mengatur keasaman/kebasaan pangan.
Bahan pengembang yang melepaskan asam bila dipanaskan bereaksi dengan baking soda membantu mengembangkan kue, biskuit dan roti selama proses pemanggangan. Pengatur keasaman/kebasaan membantu memodifiksi keasaman/kebasaan pangan agar diperoleh bau, rasa dan warna yang sesuai
  1. Untuk menguatkan rasa atau mendapatkan warna yang diinginkan.
Berbagai jenis bumbu dan penguat rasa sintetik atau alami memperkuat rasa pangan. Sebaliknya warna memperindah tampilan pangan tertentu untuk memenuhi ekspektasi konsumen.
  1. Untuk mempertahankan konsistensi produk.
Emulsifier memberikan tekstur produk berbentuk emulsi atau suspensi yang konsisten dan mencegah pemisahan fasa air dengan fasa lemak suatu emulsi atau pemisahan fasa cair dan fasa padat suatu suspensi. Penstabil dan pengental menghasilkan tekstur yang lembut dan homogen pada pangan tertentu.
  1. Untuk meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi.
Vitamin dan mineral yang ditambahkan ke dalam pangan seperti susu, tepung, serelia lain dan margarin untuk memperbaiki kekurangan zat tersebut dalam diet seseorang atau mengganti kehilangannya selama proses pengolahan pangan. Fortifikasi dan pengayaan pangan semacam ini telah membantu mengurangi malnutrisi dalam populasi masyarakat Amerika. Semua pangan yang mengandung nutrien yang ditambahkan harus diberi label yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku secara internasional atau sesuai ketentuan masing-masing negara.
Beberapa produk pangan dalam kemasan yang menggunakan bahan pengawet, misalnya kecap, sambal dan selai. Jenis produk ini setelah dibuka biasanya tidak segera habis, sehingga supaya awet terus pada suhu kamar maka produk ini membutuhkan bahan tambahan pangan pengawet. Agen-agen penstabil dan pemekat seperti garam alginat dan gliserin membuat makanan dan tekstur obat-obatan menjadi rata dan lembut. Agen penghalang kerak memastikan makanan yang berbutir seperti garam dan gula sentiasa berberai. Aditif bermanfaat untuk menawetkan dan meningkatkan nilai nutrisi makanan. Contohnya, vitamin dan bahan galian dicampurkan ringan seperti susu, tepung, dan margarin untuk menciptakan sumber makanan yang seimbang. Aditif yang tergolong bahan pengawet digunakan bagi tujuan pengawetan mengawetkan makanan dalam keadaan baik dan tahan lama. Bahan pengawet seperti garam nitrat dan nitrit amat penting bagi melindungi makanan jenis daging agar terhindar dari ulat dan bakteria clostridium, botulidium mikroorganisma penyebab botulisme atau keracunan makanan.
Antioksidan seperti vitamin C dan vitmain E ternyata dapat mencegah lemak dan minyak di dalam sediaan makanan menjadi masam atau tengik. Antioksidan ini juga digunakan untuk membuat warna isi buah-buahan yang siap dipotong menjadi tahan lama. Tanpa agen antioksidan, warna isi buah epal dengan mudah berubah menjadi hitam dan pucat.
Aditif juga digunakan untuk menaikkan bahan makanan yang dimasak seperti cake dan roti. Bahan penyedap seperti rempah ratus (halia dan bunga cengkih) dan bahan kimia sintetik (monosodium glutamat; MSG) digunakan melezatkan makanan. Bahan pewarna juga sering dicampurkan ke dalam makanan, Contoh bahan pewarna ialah FD&C Yellow No.6 yang digunakan di dalam minuman, makanan ringan dan roti. Bahan pemutih digunakan untuk memutihkan makanan seperti agar-agar dan obat-obatan yang mudah berubah warna terutama ketika di dalam penyimpanan.
2.3 Jenis-Jenis Zat Aditif
         Berdasarkan asalnya. Bahan aditif pada makanan dibedakan menjadi dua, yaitu alami dan buatan. Bahan kimia tambahan alami dan buatan pada makanan meliputi Bahan Penyedap, Bahan Pemanis, Bahan Pengawet dan Bahan Pewarna.
A.           Zat pewarna
1.             Pewarna Alami
Banyak warna yang dipunyai oleh tanaman dan hewan dapat digunakan sebagai pewarna untuk makanan. Beberapa pewarna alami ikut menyumbangkan nutrisi (karotenoid, riboflavin, dan kobalamin), merupakan bumbu (kunir dan paprika) atau pemberi rasa (caramel) ke bahan olahannya. Beberapa pewarna alami yang berasal dari tanaman dan hewan, diantaranya adalah klorofil, mioglobin dan hemoglobin, anthosianin, flavonoid, tannin, quinon dan xanthon, serta karotenoid.
    
Gambar 1:  pandan, kunyit dan cabe sebagai pewarna alami

2.             Pewarna buatan
         Bahan pewarna makanan seperti amaranth, allura merah, citrus merah, karamel, erythrosin, indigotine, karbon hitam, Ponceau SX, fast green FCF, chocineal, dan kurkumin dibatasi penggunaannya. Berikut efek zat pewarna makanan yang berbahaya bagi kesehatan :
·         Amaranth dapat menimbulkan tumor, reaksi alergi pada pernapasan, dan dapat menyebabkan hiperaktif pada anak-anak.
·         Allura merah bisa memicu kanker limpa.
·         Karamel dapat menimbulkan efek pada sistem saraf, dan dapat menyebabkan penyakit pada sistem kekebalan.
·         Indigotine dapat meningkatkan sensitivitas pada penyakit yang disebabkan oleh virus, serta mengakibatkan hiperaktif pada anak-anak.
·         Erythrosin menimbulkan reaksi alergi pada pernapasan, hiperaktif pada anak-anak, dan efek yang kurang baik pada otak dan perilaku.
·         Ponceau SX dapat berakibat pada kerusakan sistem urin.
·         Karbon hitam dapat memicu timbulnya tumor.

gambar 2: pewarna buatan

B.            Zat pemanis
1.             Pemanis alami
Zat pemanis alami yang biasa digunakan, dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut: Pemanis nutritif dan Pemanis nonnutritif. Pemanis nutritif adalah pemanis alami yang menghasilkan kalori. Pemanis nutritif berasal dari tanaman (sukrosa/gula tebu, gula bit, xylitol dan fruktosa), dari hewan (laktosa, madu), dan dari hasil penguraian karbohidrat (sirop glukosa, dekstrosa, sorbitol). Sedangkan pemanis nonnutritif adalah pemanis alami yang tidak menghasilkan kalori. Pemanis nonnutritif berasal dari tanaman (steviosida), dan dari kelompok protein (miralin, monellin, thaumatin).

 
Gambar 3: gula pasir dan gula merah sebagai pemanis alami
2.             Pemanis buatan
Pemanis buatan adalah bahan tambahan makanan buatan yang ditambahkan pada makanan atau minuman untuk menciptakan rasa manis. Bahan pemanis buatan ini sama sekali tidak mempunyai nilai gizi.
         Bahan pemanis sintetis seperti dulsin, aspartam, xyllotil, siklamat, dan sakharin yakni natrium dan kalium sakarin. Berikut efek zat pemanis makanan yang berbahaya bagi kesehatan :
·         Pemanis aspartam dapat mengakibatkan penyakit fenilketonuria, memicu sakit kepala, pusing-pusing, dan dapat mengubah fungsi otak dan perilaku.
·         Siklamat mempengaruhi hasil metabolismenya karena bersifat karsinogenik.
·         Sakarin, yang nama kimia sebenarnya adalah natrium sakarin atau kalium sakarin penggunaan yang berlebihan dapat memicu terjadinya tumor kandung kemih, dan menimbulkan rasa pahit getir.
·         Xyllotil akan berimplikasi pada timbulnya kanker karena bersifat karsinogenik.

Gambar 4: sakarin

C.            Zat penyedap rasa
1.             Penyedap rasa alami
Bahan penyedap alami yang sering digunakan untuk menimbulkan rasa gurih pada makanan, antara lain : santan kelapa, susu sapi, kacang-kacangan dan bumbu masakan seperti bawang merah, bawang putih, lengkuas, ketumbar, cabai dan pala.
 Gambar 5: bawang putih & merah
2.             Penyedap rasa buatan
Zat penyedap buatan dibedakan menjadi dua macam: zat penyedap aroma dan zat penyedap rasa. Zat Penyedap Aroma Buatan Berasal dari senyawa golongan ester, antara lain oktil asetat (aroma buah jeruk), iso amil asetat (aroma buah pisang), dan iso amil valerat (aroma buah apel). Sedangkan Zat penyedap rasa Banyak digunakan adalah monosodium glutamate (MSG) atau lebih populer dengan nama vetsin dengan berbagai merek yang beredar di pasar.
         Penyedap rasa dan aroma seperti kafein, brominasi minyak nabati, monosodium glutamate (MSG), dan asam tannin.  Berikut efek zat penyedap rasa makanan yang berbahaya bagi kesehatan :
·        Kafein yang berlebihan akan merangsang sistem saraf, pada anak-anak menyebabkan hiperaktif, dan memicu kanker pankreas.
·        Monosodium glutamate menyebabkan sakit kepala, memicu jantung berdebar, mudah lemah, menyebabkan mati rasa (Chinese Restorant Syndrome), bisa menyebabkan asma, kerusakan saraf, dan efek psikologi.
·        Brominasi minyak nabati dapat menyebabkan abnormalitas pada beberapa Anatomi.
·        Asam tarin yang berlebihan dapat merangsang kerusakan liver, dan memicu timbulnyatumor.

D.           Zat pengawet
Penggunaan bahan tambahan makanan pengawet bertujuan untuk menghambat atau menghentikan aktivitas mikroba seperti bakteri, kapang, dan khamir. Sehingga dapat meningkatkan daya simpan suatu produk olahan, meningkatkan cita rasa, warna, menstabilkan dan memperbaiki tekstur, sebagai zat pengental/penstabil, anti lengket, mencegah perubahan warna, memperkaya vitamin, mineral dan lain-lain. Penggunaan zat pengawet sebaiknya dengan dosis di bawah ambang batas yang telah ditentukan.
 Zat pengawet dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
1.      GRAS (Generally Recognized as Safe) yang umumnya bersifat alami, sehingga aman dan tidak berefek racun sama sekali.
2.      ADI (Acceptable Daily Intake), yang selalu ditetapkan batas penggunaan hariannya (daily intake) guna melindungi kesehatan konsumen.
3.      Zat pengawet yang memang tidak layak dikonsumsi atau berbahaya seperti boraks, formalin, dan rhodamin-B.
Bahan pengawet alami yang sering digunakan adalah : Garam, Cuka, Gula.
Bahan pengawet alami ini digunakan untuk mengawetkan makanan agar selalu berada dalam kondisi baik.
Bahan pengawet seperti dietilpirokarbonat (DEP), kloroform, Natamysin, Butil Hidroksi Anisol (BHA), dan nitrofuran (dilarang penggunaannya). Sedangkan bahan lainnya adalah natrium sulfite dan kalium sulfite, asam benzoat, natrium benzoat, Propil p-hidroksi benzoate, serta natrium dan kalium nitrit (dibatasi penggunaannya atau diatur dosisnya).
         Berikut efek zat pengawet makanan yang berbahaya bagi kesehatan :
1.      Asam benzoat dan natrium benzoat bisa menimbulkan reaksi alergi dan penyakit saraf.
2.      Natrium dan kalium nitrit, dapat menyebabkan efek seperti kegagalan reproduksi, perubahan sel darah, tumor pada saluran pernapasan, dan bisa menimbulkan efek toksik pada manusia di jaringan lemak.
3.      Kalium dan natrium sulfit dapat mengganggu saluran pernapasan pada manusia, mengganggu pencernaan, mengganggu metabolisme vitamin A dan B dan metabolisme kalsium.
4.      Butil Hidroksi Anisol (BHA) dapat menyebabkan penyakit hati dan memicu kanker.
5.      Natamysin dapat menyebabkan mual, muntah.



        
Zat aditif makanan telah dimanfaatkan dalam berbagai proses pengolahan makanan, berikut adalah beberapa contoh zat aditif :
Zat aditif
Contoh
Keterangan
Pewarna
Daun pandan (hijau), kunyit (kuning), buah coklat (coklat), wortel (orange)
Pewarna alami
Sunsetyellow FCF (orange), Carmoisine (Merah), Brilliant Blue FCF (biru), Tartrazine (kuning), dll
Pewarna sintesis
Pengawet
Natrium benzoat, Natrium Nitrat, Asam Sitrat, Asam Sorbat, Formalin
Terlalu banyak mengkonsumsi zat pengawet akan mengurangi daya tahan tubuh terhadap penyakit
Penyedap
Pala, merica, cabai, laos, kunyit, ketumbar
Penyedap alami
Mono-natrium glutamat/vetsin (ajinomoto/sasa), asam cuka, benzaldehida, amil asetat, dll
Penyedap sintesis
Antioksidan
Butil hidroksi anisol (BHA), butil hidroksi toluena (BHT), tokoferol
Mencegah Ketengikan
Pemutih
Hidrogen peroksida, oksida klor, benzoil peroksida, natrium hipoklorit
-
Pemanis bukan gula
Sakarin, Dulsin, Siklamat
Baik dikonsumsi penderita diabetes, Khusus siklamat bersifat karsinogen
Pengatur keasaman
Aluminium amonium/kalium/natrium sulfat, asam laktat
Menjadi lebih asam, lebih basa, atau menetralkan makanan
Anti Gumpal
Aluminium silikat, kalsium silikat, magnesium karbonat, magnesium oksida
Ditambahkan ke dalam pangan dalam bentuk bubuk

2.4 Bahaya Bahan Aditif Makanan Kesehatan
Berikut adalah tabel pengaruh beberapa bahan pengawet terhadap kesehatan, yaitu:
Bahan Pengawet
Produk Pangan
Pengaruh terhadap Kesehatan
Ca-benzoat
Sari buah, minuman ringan, minuman anggur manis,
ikan asin
Dapat menyebabkan reaksi merugikan pada asmatis dan yang peka terhadap aspirin
Sulfur dioksida
(SO2)
Sari buah, cider, buah kering, kacang kering, sirup, acar
Dapat menyebabkan pelukaan lambung, mempercepat serangan asma, mutasi genetik, kanker danalergi
K-nitrit
Daging kornet, daging kering, daging asin, pikel daging
Nitrit dapat mempengaruhi kemampuan sel darah untuk membawa oksigen, menyebabkan kesulitan bernafas dan sakit kepala, anemia, radang ginjal, muntah
Ca- / Na-propionat
Produk roti dan tepung
Migrain, kelelahan, kesulitan tidur
Na-metasulfat
Produk roti dan tepung
Alergi kulit
Asam sorbet
Produk jeruk, keju, pikel dan salad
Pelukaan kulit
Natamysin
Produk daging dan keju
Dapat menyebabkan mual, muntah, tidak nafsu makan, diare dan pelukaan kulit
K-asetat
Makanan asam
Merusak fungsi ginjal
BHA
Daging babi segar dan sosisnya, minyak sayur, shortening, kripik kentang, pizza beku, instant teas
Menyebabkan penyakit hati dan kanker.
 Secara umum, zat aditif makanan dapat dibagi menjadi dua yaitu : (a) aditif sengaja, yaitu aditif yang diberikan dengan sengaja dengan maksud dan tujuan tertentu, seperti untuk meningkatkan nilai gizi, cita rasa, mengendalikan keasaman dan kebasaan, memantapkan bentuk dan rupa, dan lain sebagainya. Dan kedua, (b) aditif tidak sengaja, yaitu aditif yang terdapat dalam makanan dalam jumlah sangat kecil sebagai akibat dari proses pengolahan.
Bila dilihat dari sumbernya, zat aditif dapat berasal dari sumber alamiah seperti lesitin, asam sitrat, dan lain-lain, dapat juga disintesis dari bahan kimia yang mempunyai sifat serupa dengan bahan alamiah yang sejenis, baik susunan kimia, maupun sifat metabolismenya seperti karoten, asam askorbat, dan lain-lain. Pada umumnya bahan sintetis mempunyai kelebihan, yaitu lebih pekat, lebih stabil, dan lebih murah. Walaupun demikian ada kelemahannya yaitu sering terjadi ketidaksempurnaan proses sehingga mengandung zat-zat berbahaya bagi kesehatan, dan kadang-kadang bersifat karsinogen yang dapat merangsang terjadinya kanker pada hewan dan manusia.
2.5 Melamin
Istilah "melamina" juga digunakan untuk merujuk pada resin melamina, yakni plastik yang dibuat dari melamina dan formaldehida. Bedakan pula dengan  melanin, pigmen yang ditemukan pada kulit dan rambut.
Melamina
Gambar
Gambar
Nama IUPAC : 1,3,5-Triazina-2,4,6-triamina
Nama lain :Sianurotriamida,Sianurotriamina,Sianuramida
Identifikasi
[108-78-1]
Nc1nc(N)nc(N)n1
Sifat
C3H6N6
126,12 g/mol
Penampilan
Putih padat
1574 kg/m3

Menyublim
Kelarutan dalam air
3,1 g/l (20 °C)
Melamina adalah senyawa basa organik dengan rumus kimia C3H6N6 dan memiliki nama IUPAC 1,3,5-triazina-2,4,6-triamina. Ia hanya sedikit larut dalam air. Melamina adalah trimer dari sianamida, dan seperti sianamida, ia mengandung 66% nitrogen (berdasarkan massa). Ia merupakan metabolit dari siromazina, sejenis pestisida. Melamina terbentuk dalam tubuh mamalia yang mengkonsumsi siromazina. Dilaporkan juga siromazina diubah menjadi melamina pada tanaman.
Ditemukan melamin dalam produk pangan semakin memperpanjang daftar pangan di Indonesia yang terkontaminasi bahan kimia berbahaya. Selama kita mengenal melamin mungkin hanya dari peralatan makanan dan minuman yang kita pakai, seperti mangkok, gelas, atau piring melamin. Memang, bersama dengan formaldehid, melamin digunakan untuk memproduksi perangkat makan minum tahan panas tersebut.
Gambar 6: gambar bubuk melamin
Dengan terbongkarnya kasus penyalahgunaan melamin dalam produk susu China dan turunannya pada September 2008, semakin membuka mata kita bahwa pelaku usaha bisa menggunakan cara apapun untuk merekayasa produknya. Tanpa perduli itu berbahaya atau tidak. Sejatinya zat-zat berbahaya yang masuk kedalam tubuh akan ditolak oleh system perncernaan. Dan ginjal adalah organ yang pertama kali kesulitan untuk membersihkan zat tersebut. Karena akumulasi zat berbahaya, ginjal pun mengalami kegagalan fungsi, seperti yang terjadi di China, sejak terungkapnya produk susu yang mengandung melamin, terdapat 4 bayi yang meninggal, sedangkan 53 ribu lainnya mengalami sakit ginjal.
Konsumen memang tidak dapat membedakannya secara kasat mata. Karenanya itu konsumen harus bisa cerdas dan kritik dalam memilih suatu barang. Jadikan daftar produk berbahaya yang dikeluarkan pemerintah sebagai pegangan berbelanja, dan protes ke retail bila masih menemukan produk-produk tersebut di pasaran.
Melamin adalah senyawa basa organik dengan rumus kimia C3H6N6 dan memiliki nama IUPAC 1,3,5-triazina-2,4,6-triamina. Ia hanya sedikit larut dalam air. Melamina adalah trimer dari sianamida, dan seperti sianamida, berdasarkan massanya ia mengandung 66% nitrogen. Ia merupakan metabolit dari siromazina, sejenis pestisida. Melamina terbentuk dalam tubuh mamalia yang mengkonsumsi siromazina. Dilaporkan juga siromazina diubah menjadi melamina pada tanaman.
Melamina pertama kali disintesis oleh Liebig pada tahun 1834. Pada produksi awal, kalsium sianamida diubah menjadi disiandiamida, kemudian dipanaskan di atas titik leburnya untuk menghasilkan melamina. Namun, pada zaman sekarang, kebanyakan pabrik industri menggunakan urea untuk menghasilkan melamina melalui reaksi berikut
 6 (NH2)2CO → C3H6N6 + 6 NH3 + 3 CO2
Pertama-tama, urea terurai menjadi asam sianat pada reaksi endotermik: (NH2)2CO → HCNO + NH3. Kemudian asam sianat berpolimerisasi membentuk melamina dan karbon dioksida: 6 HCNO → C3H6N6 + 3 CO2. Reaksi kedua adalah eksotermik, namun keseluruhan proses reaksi bersifat endotermik
Melamine juga termasuk zat kimia beracun yang biasa digunakan untuk pembuatan plastik, pupuk dan produk pembersih. Cikal bakal melamine dimulai tahun 1907 ketika ilmuwan kimia asal Belgia, Leo Hendrik Baekeland, berhasil menemukan plastik sintesis pertama yang disebut Bakelite. Penemuan itu merupakan salah satu peristiwa bersejarah keberhasilan teknologi kimia awal abad 20. Melamin merupakan suatu polimer, yaitu suatu persenyawaan kimia (polimerisasi) antara monomer formaldehid dan fenol.
 Apabila kedua monomer itu bergabung, maka sifat toxic dari formaldehid akan hilang karena telah terlebur menjadi satu senyawa, yakni melamin. Formaldehid dalam senyawa melamine dapat muncul kembali karena depolimerisasi. Akibat proses ini, formaldehid terlepas menjadi monomer yang bersifat racun. Pemicunya bisa berupa paparan panas, sinar ultra violet, gesekan, dan tergerusnya permukaan melamin hingga partikel formaldehid terlepas.
Pada awalnya Bakelite banyak digunakan sebagai bahan dasar pembuatan telepon generasi pertama. Kemudian senyawa ini dikembangkan dan diterapkan untuk industri perlengkapan rumah tangga, termasuk perangkat makan. Pada 1930 – 1940-an, perusahaan-perusahaan di AS macam Cyanamid, Ciba, dan Henkel mengembangkan senyawa ini untuk industri tekstil sebagai bahan pengisi dan perekat. Keunggulannya berupa kejernihan, stabil terhadap panas, cahaya, bahan kimia, goresan, bahkan api.
Melamine sebagai bahan dasar peralatan makan, seperti sendok, garpu, piring, gelas, cangkir, mangkuk, sendok sup, dan tempayan seperti yang dihasilkan dari melamin. Peralatan makan yang terbuat dari melamin di satu sisi menawarkan banyak kelebihan. Selain desain warna yang beragam dan menarik, fungsinya juga lebih unggul dibanding peralatan makan lain yang terbuat dari keramik, logam, atau kaca. Melamin lebih ringan, kuat, dan tak mudah pecah serta mudah dibersihkan. Harga peralatan melamin pun relatif lebih murah dibanding yang terbuat dari keramik misalnya :
Pada salah satu produk susu bermerek dagang ‘Sanlu’ Merek produk susu terkenal dicina ditemukan jejak tripolycyanamide yang dapat menyebabkan terbentuknya batu ginjal. Bayi – bayi yang mengkonsumsi susu tersebut memperlihatkan gejala yang sama, sulit untuk mengeluarkan air seni dan sering muntah – muntah. Kuat dugaan, bayi- bayi yang belum berusia 11 bulan tersebut mengidap kencing batu karena meminum susu formula yang terkontaminasi melamin.
2.6 Kandungan melamin pada susu kemasan
Berdasarkan hasil analisis laboratorium AQSIQ (Administration of Quality Supervision, Inspection and Quarantine), Cina, kandungan melamin yang ditemukan dalam susu formula buatan ke-22 pabrik ini berkisar antara 0,09 mg/kg hingga 619 mg/kg susu. Tapi, melamin dalam susu formula produksi Sanlu Co. Mencapai 2.563 mg/kg! AQSIQ melaporkan, melamin juga positif ditemukan dalam susu cair yang diproduksi Mengniu Dairy Group Co., Yili Industrial Co. dan Bright Dairy yang berkantor pusat di Shanghai.
Menurut Food and Drugs Administration (Badan Makanan dan Obat) Amerika Serikat, asupan harian melamin yang dapat ditoleransi (tolerable daily intake/TDI) tubuh adalah 0,63 mg/kg berat badan. Pada masyarakat Eropa, otoritas pengawas makanannya mengeset standar lebih tinggi lagi, yaitu 0,5 mg/kg berat badan. Jadi, dengan kadar melamin dalam susu yang ditemukan berkisar antara 0,09 mg/kg susu hingga 619 mg/kg susu, bila konsumsi per kg berat badan bayi sekitar 140 g per hari, itu artinya bayi akan menerima asupan melamin 0,013-86,7 mg/kg berat badan. Bahkan, kalau mengonsumsi susu yang terkontaminasi melamin hingga 2.563 mg/kg susu, berarti asupan melaminnya akan mencapai 358,8 mg/kg berat badan. Jauh melebihi batas toleransi!
Jumlah maksimum melamin yang diperbolehkan dalam susu bubuk untuk bayi adalah 1 mg/kg dan jumlah maksimum bahan kimia yang diperbolehkan untuk makanan lain dan makanan binatang adalah 2,5 mg/kg, berdasarkan peraturan baru dari Komisi Standarisasi Makanan PBB, Codex Alimentarius Commission, demikian siaran pers World Health Organitation (WHO) 6 Juli 2010
Melamin yang dipermasalahkan adalah senyawa organik bersifat basa dengan rumus C3H6N6, kandungan nitrogennya sampai 66 persen, biasa didapat sebagai kristal putih. Melamin biasanya digunakan untuk membuat plastik, lem, dan pupuk.Plastik dari melamin, karena sifat tahan panasnya, digunakan luas untuk perkakas dapur. Jadi, melamin yang kini diributkan berbeda dengan melamin plastik perkakas. Melamin yang diributkan ini adalah bahan dasar plastik melamin.
Berdasarkan informasi di situs WHO, pencampuran melamin pada susu berawal dari tindakan pengoplosan susu dengan air. Akibat pengenceran ini, kandungan protein susu turun. Karena pabrik berbahan baku susu biasanya mengecek kandungan protein melalui penentuan kandungan nitrogen, penambahan melamin dimaksudkan untuk mengelabui pengecekan agar susu encer tadi dikategorikan normal kandungan proteinnya.
Penambahan melamin ke makanan tidak diperbolehkan oleh otoritas pengawas makanan negara mana pun. Walaupun seperti diberitakan Kompas, studi tentang efek konsumsi melamin pada manusia belum ada, hasil ekstrapolasi dari studi pada hewan dapat digunakan untuk memperkirakan efek pada manusia.
Hal itu telah tampak bila melamin bergabung dengan asam sianurat (yang biasa juga terdapat sebagai pengotor melamin) akan terbentuk kristal yang dapat menjadi batu ginjal. Batu ginjal ini telah tampak pada hewan-hewan korban kasus pengoplosan melamin tahun lalu. Batu ginjal inilah yang dapat menyumbat saluran kecil di ginjal yang kemudian dapat menghentikan produksi urine, gagal ginjal, bahkan kematian.
Telah diketahui juga bahwa melamin bersifat karsinogen pada hewan. Gejala yang diamati akibat kontaminasi melamin terdapat pada darah di urine, produksi urine yang sedikit, atau sama sekali tidak dihasilkan, tanda-tanda infeksi ginjal, dan tekanan darah tinggi.
Melamin memang tidak dapat dimetabolisme oleh tubuh. Data keselamatan menyatakan, senyawa ini memiliki toksisitas akut rendah LD50 di tikus, yaitu 3.161 mg per kg berat badan. Pada studi dengan menggunakan hewan memang dikonfirmasi, asupan melamin murni yang tinggi mengakibatkan inflamasi kandung kemih dan pembentukan batu kandung kemih.
Food and Drugs Administration (Badan Makanan dan Obat) Amerika Serikat menyatakan, asupan harian yang dapat ditoleransi (tolerable daily intake/TDI) melamin adalah 0,63 mg per kg berat badan. Pada masyarakat Eropa, otoritas pengawas makanannya mengeset standar yang lebih rendah, yaitu 0,5 mg per kg berat badan.
Dari inspeksi yang dilakukan di China, dari 491 batch (kelompok) yang dites, 69 di antaranya positif mengandung melamin, berkisar dari 0,09 mg per kg susu sampai 619 mg per kg susu. Bahkan ada yang mencapai 2.563 mg per kg.
Dengan konsumsi susu formula per kg berat badan bayi sekitar 140 g sehari, kalau bayi mengonsumsi susu yang terkontaminasi akan menerima asupan melamin 0,013-86,7 mg per kg berat badannya. Bahkan, kalau mengonsumsi susu yang terkontaminasi 2.563 mg melamin per kg susu, dapat mencapai asupan 358,8 mg per kg berat badannya. Jauh melampaui batas toleransinya!
Melamin adalah basa organik dengan rumus kimia C3H6N6. Zat ini merupakan trimer dari cyanida. Bersama dengan formaldehyde melamin digunakan untuk memproduksi resin melamin, plastik yang sangat tahan panas, dan busa melamin, produk polimer pembersih. Melamin merupakan metabolit dari cyromazine, salah satu senyawa pestisida.
Melamin ditambahkan ke dalam susu untuk membuat ‘seolah-olah’ kadar protein dalam susu tinggi. Hal ini biasa dilakukan pada hewan ruminant (sapi, kerbau, dan lainnya) untuk meningkatkan asupan nitrogen. Berbeda dengan hewan lainnya, hewan ruminant seperti sapi memperoleh asupan nitrogen dari proses fermentasi makanan bukan protein (makanan utama sapi adalah rumput-rumputan) oleh bakteri yang terdapat dalam sistem pencernaan. Nitrogen hasil fermentasi ini disebut sebagai non-protein nitrogen (NPN). Nah melamin ini dianggap bisa menjadi sumber non-protein nitrogen (NPN). Meskipun hal ini masih menjadi kotroversi.
Sayangnya, demi mendapat keuntungan lebih, hal ini juga dilakukan pada susu. Melamin ditambahkan sebagai aditif sumber NPN. Padahal jelas-jelas manusia berbeda dengan sapi dan ruminant lainnya. Sistem pencernaan manusia tidak memiliki bakteri yang dapat melakukan fermentasi seperti pada sapi. Alih-alih dapat meningkatkan asupan nitrogen, melamin malah menyebabkan keracunan seperti yang terjadi di China baru-baru ini.
Selain itu juga penambahan melamin di ‘atas kertas’ memang betul-betul dapat menaikkan kandungan protein. Analisa protein biasanya dilakukan dengan metode kjeldahl, mengukur jumlah nitrogen yang kemudian dikonversi menjadi jumlah protein dengan suatu tetapan standar. Saat dilakukan uji analisa kandungan protein, hasil menunjukkan kandungan nitrogen yang besar. Padahal sebenarnya angka tesebut diperoleh bukan hanya dari protein, namun juga melamin. Karena melamin ini memiliki gugus nitrogen, maka jumlah nitrogen yang terukur akan semakin bertambah dan otomatis akan membuat kandungan protein seolah-olah tinggi.
Kandungan protein yang tinggi memang biasa dijadikan parameter untuk menentukan kualitas susu. Sehingga bila di atas kertas suatu produk susu mempunyai jumlah protein yang besar, dapat dikatakan ia mempunyai kualitas yang baik. Maka produsen-pun berusaha agar produknya memiliki kandungan protein yang tinggi.
2.7  Bahaya melamin pada kesehatan tubuh
Melamin merupakan senyawa polimer yang merupakan gabungan monomer formaldehide (formalin) dan fenol yang apabila komponen penyusun melamin tersebut dalam komposisi yang seimbang kelihatan aman tetapi harus diwaspadai seringkali dalam pembuatan melamin proses pencampurannya sering kali tak terkontrol. Apabila komposisi antara formaldehide dengan fenol tidak seimbang maka aka terjadi residu, yaitu monomer formaldehide atau fenol yang tidak bersenyawa sempurna. Sisa monomer formaldehide inilah yang berbahaya bagi kesehatan tubuh.  Selain itu senyawa melamin rentan terhadap panas dan sinar ultravilet yang dapat mendepolimerisasi melamin menjadi monomer formaldehide dan fenol. Meski tahan di rentang suhu 120 derajat celcius sampai 30 derajat C di bawah nol, tapi karena menyerap panas, melamin tak tahan dipapar panas terlalu tinggi. Apalagi terpapar dalam jangka waktu lama.
Oleh sebab itu melamin tak bisa digunakan dalam microwave. Gesekan terhadap peralatan melamin juga berpotensi melepaskan residu formaldehide yang terperangkap sebelumnya. Sehingga meskipun kontrol  pembuatan peralatan melamin sudah baik masih menyimpan bahaya bagi kesehatan. Formaldehide atau yang kita kenal sebagai formalin merupakan desinfektan yang sering pula digunakan sebagai bahan pengawet mayat yang sangat mudah masuk ke dalam tubuh lewat jalur oral/mulut, saluran pernafasan dan pembuluh darah. Formaldehid yang masuk ke dalam tubuh dapat mengganggu fungsi sel, bahkan dapat pula mengakibatkan kematian sel. Berdasarkan acuan kesehatan di Inggris, paparan maksimumnya 2 ppm atau 2 mg/l. Sedangkan Amerika Serikat (AS) menetapkan paparan maksimum untuk jangka panjang 1 ppm dan jangka pendek 2 ppm.
a.      Pengaruh segera pada mereka yang teracuni formalin adalah gejala iritasi dan alergi (mis: mata berair, kemerahan, mual, muntah, diare, kencing campur darah, rasa terbakar, gatal, pusing bahkan bisa tidak sadarkan diri).
b.      Pengaruh kronis dari keracunan formalin dapat mengakibatkan iritasi yang parah, kerusakan fungsi hati, ginjal, syaraf dan organ lainnya. Pada hewan coba formalin mempunyai efek karsinogenik (menyebabkan kanker/ keganasan), pada manusia diyakini akan menimbulkan efek serupa. Sebagai efek kronis, efek ini tidak tampak segera tapi baru muncul setelah terjadi akumulasi formalin karena konsumsi / terpapar cemaran formalin dalam jangka lama.
c.       Berpotensi ginjal menghentikan produksi air kencing , kegagalan ginjal dan kematian beberapa kasus. Melamine juga menunjukkan carcinogenic efek di binatang.
d.      Gangguan metabolisme tubuh.
e.        Serangan akut pada saluran pencernaan
f.        Gangguan fungsi ginjal berupa batu ginjal dan komplikasi dengan kristalisasi yang menghalangi pembuluh kecil di ginjal.
g.       Merusak sistem kekebalan tubuh.
h.       Menimbulkan masalah pernafasan.
i.        Jika terpapar dalam jangka panjang bisa menyebabkan gangguan fungsi oragan-organ lain dalam tubuh.
Penambahan melamine pada susu standart rendah atau susu encer yang kadar airnya tinggi akan meningkatkan kadar protein susu bubuk. Karena metode standart untuk menguji kadar protein susu bubuk atau susu cair memakai ukuran kandungan total nitrogen. Sehingga bila dicampur dengan susu enter jelas akan nyaris sempurna dan tidak bisa dibedakan dengan kasat mata.
Struktur kimiawi dari protein itu sendiri sangat kompleks. Isinya terutama Carbon, Hydrogen, Oksigen dan Nitrogen. Struktur ini tentunya dideteksi di laboratorium tidak dengan cara yang mudah. Untuk memastikan kandungan protein dengan cara yang rumit juga.
Bahayanya apabila produk susu ditambahkan melamine konsumen akan terkena gagal ginjal karena melamine dapat membentuk Kristal di saluran ginjal bahkan akan menutup saluran kencing dan menyebabkan kebutaan serta dapat mengakibatkan kerusakan pada reproduksi juga dapat menyebabkan kanker.
Melamin mempunyai LD50 >3000 mg/kg berdasar data percobaan terhadap tikus. Melamin dapat membuat iritasi bila terhisap dan bila kontak dengan mata atau kulit. Melamin juga dapat mengakibatkan kerusakan pada reproduksi, kandung kemih, dan batu ginjal. Juga dapat menyebabkan kanker.
Ini adalah bukti nyata bahwa yang namanya sintetis buatan manusia pasti suatu saat ada kesalahannya. ASI jauh lebih baik dari susu formula. Ini yang harus di ingat oleh para ibu. Jadi apabila tidak dalam kondisi darurat (misal: ASI tidak keluar) sebaiknya ASI menjadi pilihan utama bagi bayi


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.      Melamin merupakan zat kimia beracun yang biasa digunakan dalam pembuatan plastik, pupuk, dan produk pembersih.
2.      Melamin ditambahkan ke dalam susu untuk membuat seolah- olah kadar protein dalam susu tinggi
3.      Melamin memiliki daya lekat yang kuat sehingga mengendap pada saluran kemih, terjadi pengkristalan pada ginjal, dan menyebabkan kanker.

3.2 Saran
Untuk itu, sekarang lebih berhati-hatilah bila mengonsumsi susu dan produk-produk terusannya yang juga berbahan baku susu, seperti es krim, permen, biskuit, yoghurt, dll. Sesuai anjuran Badan POM, sementara ini janganlah mengkonsumsi susu atau produk yang mengandung susu asal Cina yang sudah dilarang pendistribusiannya di dalam negeri. Apalagi bila produk itu tidak terdaftar atau ilegal alias tidak punya nomor registrasi ML (sejumlah produk beregistrasi ML pun ada yang dilarang dan ditarik dari peredaran)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar