MAKALAH
KIMIA BAHAN MAKANAN
“PENAMBAHAN MELAMIN (C3H6N6) PADA SUSU”

Disusun Oleh:
Nama : Novi Larasati
NPM :A1F009039
Prodi : Pendidikan Kimia
Dosen : Dewi Handayani, M.Si
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2011
ABSTRAK
Skandal
penambahan melamine pada produk susu bubuk import china telah menggegerkan di
banyak negara asia, eropa, amerika termasuk indonesia. Who dan unicef
melaporkan pada beberapa waktu lalu, beberapa negara asia, eropa Telah melarang
produk susu bubuk import asal china yang terkontaminasi oleh melamine. Melamine
berupa bubuk putih yang dipergunakan dalam pembuatan barang-barang terbuat dari
plastik. Melamine ditambahkan dalam susu
karena melamin kaya akan nitrogen dan harganya murah, disamping warnanya yang
putih sehingga sulit dideteksi dengan mata telanjang. Pada susu yang tidak
memenuhi persyaratan karena standart rendah atau susu encer/ susu yang kadar
airnya tinggi bila dibubuhkan melamin sedikit saja maka akan meningkatkan kadar
protein pada susu bubuk tersebut sehingga waktu diadakan pengetesan pada susu,
maka susu tersebut akan lolos dari peraturan penerimaan susu bahwa susu yang
baik adalah mengandung kadar protein tetentu. Karena metode standart untuk
menguji kadar protein susu bubuk atau susu cair memakai ukuran kandungan total
nitrogen. Karena alasan inilah melamine ditambahkan pada susu. Gejala
yang diamati akibat kontaminasi melamin terdapat pada darah di urine, produksi
urine yang sedikit, atau sama sekali tidak dihasilkan, tanda-tanda infeksi
ginjal, dan tekanan darah tinggi
Kata kunci: Zat aditif, melamin, susu
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Kondisi
persaingan bisnis tidak sehat sekarang ini telah menjadi- jadi. Di dalam negeri
daging sampah olahan di jual lagi, diluar negeri Susu dicampur melamin
sangatlah tidak manusiawi. Seandainya orang yang mencampur melamin kedalam susu
mempunyai pengetahuan tentang melamin dan dia mempunyai anak pasti dia tidak
akan memberikan susu tersebut atau akan menyimpannya rapat- rapat.
Melamin
merupakan bubuk putih yang digunakan dalam pembuatan barang –barang terbuat
dari plastik. Melamin disintesa oleh peneliti Jerman tahun 1830. Yang paling
banyak dipakai adalah dalam bentuk Melamin resin (semacam lem ) yakni :
campuran melamine dan formaldehyde digunakan dalam formica, floor tiles,
whiteboards dan peralatan dapur. Atau barang- barang yang berhubungan dengan
lem playwood.
Melamin
yang ditemukan dalam sejumlah produk makanan ternyata bukan akibat terkontaminasi.
Namun zat yang membahayakan kesehatan itu sengaja dimasukkan ke dalam produk
makanan. Maksud dicampurkan melamin ke dalam makanan agar produk tersebut
terlihat bagus. Sebab sekitar 66 % kadar nitrogen dalam melamin dapat terlihat
sebagai protein. Selain itu penambahan melamin diatas kertas memang betul-
betul dapat menaikkan kandungan protein.
Analisa
protein biasanya dilakukan dengan metode kjeldahl, mengukur jumlah nitrogen
yang kemudian di konversikan menjadi jumlah protein dengan suatu tetapan
standar. Saat dilakukan uji analisa kandungan protein, hasil menunjukkan
kandungan nitrogen yang besar. Padahal sebenarnya angka tersebut diperoleh
bukan hanya dari protein, namun juga melamin. Karena melamin ini memiliki gugus
nitrogen, maka sejumlah nitrogen yang terukur akan semakin bertambah
1.2
Rumusan
Masalah
1. Apakah
yang dimaksud dengan zat aditif?
2. Apakah manfaat dari zat aditif pada makanan?
3. Ada
berapakah jenis-jenis zat aditif?
4. Apa saja bahaya
bahan aditif makanan terhadap kesehatan?
5. Bagaimana kandungan
melamin pada susu ?
6. Bagaimana
bahaya melamin bagi kesehatan tubuh?
7. Bagaimana
solusi kesehatan dalam mengkonsumsi
susu?
1.3
Tujuan
Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang zat
aditif dan manfaatnya pada
makanan
2. Untuk mengetahui jenis-jenis zat aditif
3. Untuk mengetahui bahaya bahan aditif makanan terhadap kesehatan
4. Untuk
mengetahui kandungan melamin pada susu
5. Untuk
mengetahui bahaya melamin bagi kesehatan
tubuh
6. Untuk
mengetahui solusi kesehatan dalam menkonsumsi susu
1.4
Manfaat
1. Mahasiswa
dapat mengetahui kandungan melamin pada susu
2. Mahasiswa
dapat mengetahui bahaya melamin bagi
kesehatan tubuh
3. Mahasiswa
dapat mengetahui solusi kesehatan dalam menkonsumsi susu
BAB
II
ISI
2.1 Zat Aditif
Aditif adalah
bahan kimia yang dicampurkan ke dalam makanan yang berguna untuk meningkatkan
kualitas, menambahkan kelezatan dan menjaga kesegaran makanan tersebut.
Penggunaan aditif sebenarnya bermula sejak ribuan tahun lalu. Nenek moyang kita
telah menggunakan garam untuk mengawet daging dan ikan, rempah untuk melezatkan
makanan, dan cuka serta gula untuk menyimpan buah-buahan.
Departemen
Kesehatan dan BPOM mengistilahkan Bahan aditif Makanan dengan BPT (Bahan
Tambahan Pangan ). Bahan Tambahan Pangan adalah bahan tambahan pangan yang
dapat mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman atau penguraian dan
perusakan lainnya terhadap pangan yang disebabkan oleh mikroorganisme.
Kerusakan tersebut dapat disebabkan oleh fungi, bakteria dan mikroba lainnya.
Kontaminasi bakteria dapat menyebabkan penyakit yang dibawa makanan (food
borne illness) termasuk botulism yang membahayakan kehidupan
Aditif Makanan atau Pengawet pangan adalah
upaya untuk mencegah, menghambat pertumbuhan mikroba yang terdapat dalam
pangan. Pengawetan dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu penggunaan suhu
rendah, suhu tinggi, iradiasi atau dengan penambahan bahan pengawet (BTP
Pengawet). Produk-produk pangan dalam kemasan yang diproses dengan panas atau
disebut sterilisasi komersil seperti kornet dalam kaleng atau susu steril dalam
kemasan tetrapak tidak menggunakan bahan pengawet karena proses termal sudah
cukup untuk memusnahkan mikroba pembusuk dan patogen. Produk-produk ini akan awet lebih dari setahun
meskipun disimpan pada suhu kamar.
Aditif dapat
berasal dari sumber alami, contohnya lesitin daripada kacang soya dan jagung
atau serbuk pewarna bit daripada lobak bit. Aditif sintetik pula dihasilkan
melalui tindak balas kimia. Keaslian aditif sintetik mudah dikenal dalam
pembuatan dan pemrosesan bahan makanan tersebut. Aditif yang bertindak sebagai
pewarna telah digunakan untuk memberi warna kuning kepada mentega sejak dahulu
kala. Penduduk Asia telah menggunakan sejenis sup atau makanan lainnya dengan
pemberian bahan mononatrium glutamat atau MSG, sejak 2.000 tahun lalu.
2.2 Manfaat Aditif Makanan
Berbagai manfaat Aditif Makanan diantaranya adalah:
- Untuk mempertahankan kelezatan dan kesehatan (wholesomeness) pangan.
Pengawet
menahan kerusakan pangan yang disebabkan oleh kapang, bakteria, fungi atau
khamir. Kontaminasi bakteria dapat menyebabkan penyakit yang dibawa makanan (food
born illness) termasuk botulism yang membahayakan kehidupan. Antioksidan adalah
pengawet yang mencegah terjadinya bau yang tidak sedap. Antioksidan juga
mencegah potongan buah segar seperti apel menjadi coklat bila terkena udara.
- Mengembangkan atau mengatur keasaman/kebasaan pangan.
Bahan
pengembang yang melepaskan asam bila dipanaskan bereaksi dengan baking soda
membantu mengembangkan kue, biskuit dan roti selama proses pemanggangan.
Pengatur keasaman/kebasaan membantu memodifiksi keasaman/kebasaan pangan agar
diperoleh bau, rasa dan warna yang sesuai
- Untuk menguatkan rasa atau mendapatkan warna yang diinginkan.
Berbagai
jenis bumbu dan penguat rasa sintetik atau alami memperkuat rasa pangan.
Sebaliknya warna memperindah tampilan pangan tertentu untuk memenuhi ekspektasi
konsumen.
- Untuk mempertahankan konsistensi produk.
Emulsifier
memberikan tekstur produk berbentuk emulsi atau suspensi yang konsisten dan
mencegah pemisahan fasa air dengan fasa lemak suatu emulsi atau pemisahan fasa
cair dan fasa padat suatu suspensi. Penstabil dan pengental menghasilkan
tekstur yang lembut dan homogen pada pangan tertentu.
- Untuk meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi.
Vitamin dan
mineral yang ditambahkan ke dalam pangan seperti susu, tepung, serelia lain dan
margarin untuk memperbaiki kekurangan zat tersebut dalam diet seseorang atau
mengganti kehilangannya selama proses pengolahan pangan. Fortifikasi dan
pengayaan pangan semacam ini telah membantu mengurangi malnutrisi dalam
populasi masyarakat Amerika. Semua pangan yang mengandung nutrien yang
ditambahkan harus diberi label yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku secara
internasional atau sesuai ketentuan masing-masing negara.
Beberapa
produk pangan dalam kemasan yang menggunakan bahan pengawet, misalnya kecap,
sambal dan selai. Jenis produk ini setelah dibuka biasanya tidak segera habis,
sehingga supaya awet terus pada suhu kamar maka produk ini membutuhkan bahan
tambahan pangan pengawet. Agen-agen penstabil dan pemekat seperti garam alginat
dan gliserin membuat makanan dan tekstur obat-obatan menjadi rata dan lembut.
Agen penghalang kerak memastikan makanan yang berbutir seperti garam dan gula
sentiasa berberai. Aditif bermanfaat untuk menawetkan dan meningkatkan nilai
nutrisi makanan. Contohnya, vitamin dan bahan galian dicampurkan ringan seperti
susu, tepung, dan margarin untuk menciptakan sumber makanan yang seimbang.
Aditif yang tergolong bahan pengawet digunakan bagi tujuan pengawetan
mengawetkan makanan dalam keadaan baik dan tahan lama. Bahan pengawet seperti
garam nitrat dan nitrit amat penting bagi melindungi makanan jenis daging agar
terhindar dari ulat dan bakteria clostridium, botulidium mikroorganisma
penyebab botulisme atau keracunan makanan.
Antioksidan
seperti vitamin C dan vitmain E ternyata dapat mencegah lemak dan minyak di
dalam sediaan makanan menjadi masam atau tengik. Antioksidan ini juga digunakan
untuk membuat warna isi buah-buahan yang siap dipotong menjadi tahan lama.
Tanpa agen antioksidan, warna isi buah epal dengan mudah berubah menjadi hitam
dan pucat.
Aditif juga
digunakan untuk menaikkan bahan makanan yang dimasak seperti cake dan roti.
Bahan penyedap seperti rempah ratus (halia dan bunga cengkih) dan bahan kimia
sintetik (monosodium glutamat; MSG) digunakan melezatkan makanan. Bahan pewarna
juga sering dicampurkan ke dalam makanan, Contoh bahan pewarna ialah FD&C
Yellow No.6 yang digunakan di dalam minuman, makanan ringan dan roti. Bahan
pemutih digunakan untuk memutihkan makanan seperti agar-agar dan obat-obatan
yang mudah berubah warna terutama ketika di dalam penyimpanan.
2.3
Jenis-Jenis Zat Aditif
Berdasarkan asalnya. Bahan
aditif pada makanan dibedakan menjadi dua, yaitu alami dan buatan. Bahan kimia
tambahan alami dan buatan pada makanan meliputi Bahan Penyedap, Bahan Pemanis,
Bahan Pengawet dan Bahan Pewarna.
A.
Zat pewarna
1.
Pewarna Alami
Banyak
warna yang dipunyai oleh tanaman dan hewan dapat digunakan sebagai pewarna
untuk makanan. Beberapa pewarna alami ikut menyumbangkan nutrisi (karotenoid,
riboflavin, dan kobalamin), merupakan bumbu (kunir dan paprika) atau pemberi
rasa (caramel) ke bahan olahannya. Beberapa pewarna alami yang berasal dari
tanaman dan hewan, diantaranya adalah klorofil, mioglobin dan hemoglobin,
anthosianin, flavonoid, tannin, quinon dan xanthon, serta karotenoid.



Gambar 1: pandan,
kunyit dan cabe sebagai pewarna alami
2.
Pewarna buatan
Bahan pewarna makanan seperti amaranth,
allura merah, citrus merah, karamel, erythrosin, indigotine, karbon hitam,
Ponceau SX, fast green FCF, chocineal, dan kurkumin dibatasi penggunaannya.
Berikut efek zat pewarna makanan yang berbahaya bagi kesehatan :
·
Amaranth dapat
menimbulkan tumor, reaksi alergi pada pernapasan, dan dapat menyebabkan
hiperaktif pada anak-anak.
·
Allura merah bisa
memicu kanker limpa.
·
Karamel dapat
menimbulkan efek pada sistem saraf, dan dapat menyebabkan penyakit pada sistem
kekebalan.
·
Indigotine dapat
meningkatkan sensitivitas pada penyakit yang disebabkan oleh virus, serta
mengakibatkan hiperaktif pada anak-anak.
·
Erythrosin
menimbulkan reaksi alergi pada pernapasan, hiperaktif pada anak-anak, dan efek
yang kurang baik pada otak dan perilaku.
·
Ponceau SX dapat
berakibat pada kerusakan sistem urin.
·
Karbon hitam dapat
memicu timbulnya tumor.

B.
Zat pemanis
1.
Pemanis alami
Zat pemanis alami
yang biasa digunakan, dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut: Pemanis nutritif dan Pemanis nonnutritif. Pemanis nutritif adalah pemanis alami yang menghasilkan
kalori. Pemanis nutritif berasal dari tanaman (sukrosa/gula tebu, gula bit,
xylitol dan fruktosa), dari hewan (laktosa, madu), dan dari hasil penguraian
karbohidrat (sirop glukosa, dekstrosa, sorbitol). Sedangkan pemanis nonnutritif adalah
pemanis alami yang tidak menghasilkan kalori. Pemanis nonnutritif berasal dari
tanaman (steviosida), dan dari kelompok protein (miralin, monellin, thaumatin).


Gambar 3: gula
pasir dan gula merah sebagai pemanis alami
2.
Pemanis buatan
Pemanis buatan adalah bahan tambahan
makanan buatan yang ditambahkan pada makanan atau minuman untuk menciptakan
rasa manis. Bahan pemanis buatan ini sama sekali tidak mempunyai nilai gizi.
Bahan pemanis sintetis seperti dulsin,
aspartam, xyllotil, siklamat, dan sakharin yakni natrium dan kalium sakarin.
Berikut efek zat pemanis makanan yang berbahaya bagi kesehatan :
·
Pemanis aspartam
dapat mengakibatkan penyakit fenilketonuria, memicu sakit kepala,
pusing-pusing, dan dapat mengubah fungsi otak dan perilaku.
·
Siklamat
mempengaruhi hasil metabolismenya karena bersifat karsinogenik.
·
Sakarin, yang nama
kimia sebenarnya adalah natrium sakarin atau kalium sakarin penggunaan yang
berlebihan dapat memicu terjadinya tumor kandung kemih, dan menimbulkan rasa
pahit getir.
·
Xyllotil akan
berimplikasi pada timbulnya kanker karena bersifat karsinogenik.

C.
Zat penyedap rasa
1.
Penyedap rasa alami
Bahan penyedap alami yang sering
digunakan untuk menimbulkan rasa gurih pada makanan, antara lain : santan
kelapa, susu sapi, kacang-kacangan dan bumbu masakan seperti bawang merah,
bawang putih, lengkuas, ketumbar, cabai dan pala.

2.
Penyedap rasa
buatan
Zat penyedap buatan
dibedakan menjadi dua macam: zat penyedap aroma dan zat penyedap rasa. Zat Penyedap Aroma Buatan Berasal dari senyawa
golongan ester, antara lain oktil asetat (aroma buah jeruk), iso amil asetat
(aroma buah pisang), dan iso amil valerat (aroma buah apel). Sedangkan Zat penyedap rasa Banyak digunakan adalah monosodium glutamate (MSG) atau lebih
populer dengan nama vetsin dengan berbagai merek yang beredar di pasar.
Penyedap rasa dan aroma seperti kafein,
brominasi minyak nabati, monosodium glutamate (MSG), dan asam tannin. Berikut efek zat penyedap rasa makanan yang
berbahaya bagi kesehatan :
·
Kafein yang
berlebihan akan merangsang sistem saraf, pada anak-anak menyebabkan hiperaktif,
dan memicu kanker pankreas.
·
Monosodium
glutamate menyebabkan sakit kepala, memicu jantung berdebar, mudah lemah,
menyebabkan mati rasa (Chinese Restorant Syndrome), bisa menyebabkan asma,
kerusakan saraf, dan efek psikologi.
·
Brominasi minyak
nabati dapat menyebabkan abnormalitas pada beberapa Anatomi.
·
Asam tarin yang
berlebihan dapat merangsang kerusakan liver, dan memicu timbulnyatumor.
D.
Zat pengawet
Penggunaan bahan tambahan makanan
pengawet bertujuan untuk menghambat atau menghentikan aktivitas mikroba seperti
bakteri, kapang, dan khamir. Sehingga dapat meningkatkan daya simpan suatu
produk olahan, meningkatkan cita rasa, warna, menstabilkan dan memperbaiki
tekstur, sebagai zat pengental/penstabil, anti lengket, mencegah perubahan
warna, memperkaya vitamin, mineral dan lain-lain. Penggunaan zat pengawet
sebaiknya dengan dosis di bawah ambang batas yang telah ditentukan.
Zat pengawet dibedakan menjadi tiga macam,
yaitu :
1. GRAS
(Generally Recognized as Safe) yang umumnya bersifat alami, sehingga
aman dan tidak berefek racun sama sekali.
2. ADI
(Acceptable Daily Intake), yang selalu ditetapkan batas penggunaan
hariannya (daily intake) guna melindungi kesehatan konsumen.
3. Zat
pengawet yang memang tidak layak dikonsumsi atau berbahaya seperti boraks,
formalin, dan rhodamin-B.
Bahan pengawet alami yang sering
digunakan adalah : Garam, Cuka, Gula.
Bahan
pengawet alami ini digunakan untuk mengawetkan makanan agar selalu berada dalam
kondisi baik.
Bahan pengawet
seperti dietilpirokarbonat (DEP), kloroform, Natamysin, Butil Hidroksi Anisol (BHA), dan
nitrofuran (dilarang penggunaannya). Sedangkan bahan lainnya adalah natrium
sulfite dan kalium sulfite, asam benzoat, natrium benzoat, Propil p-hidroksi
benzoate, serta natrium dan kalium nitrit (dibatasi penggunaannya atau diatur
dosisnya).
Berikut efek zat pengawet makanan yang
berbahaya bagi kesehatan :
1.
Asam benzoat dan
natrium benzoat bisa menimbulkan reaksi alergi dan penyakit saraf.
2.
Natrium dan kalium
nitrit, dapat menyebabkan efek seperti kegagalan reproduksi, perubahan sel
darah, tumor pada saluran pernapasan, dan bisa menimbulkan efek toksik pada
manusia di jaringan lemak.
3.
Kalium dan natrium
sulfit dapat mengganggu saluran pernapasan pada manusia, mengganggu pencernaan,
mengganggu metabolisme vitamin A dan B dan metabolisme kalsium.
4.
Butil Hidroksi Anisol (BHA) dapat
menyebabkan penyakit hati dan memicu kanker.
5.
Natamysin dapat menyebabkan
mual, muntah.
Zat aditif makanan telah
dimanfaatkan dalam berbagai proses pengolahan makanan, berikut adalah beberapa
contoh zat aditif :
Zat aditif
|
Contoh
|
Keterangan
|
Pewarna
|
Daun pandan (hijau), kunyit
(kuning), buah coklat (coklat), wortel (orange)
|
Pewarna alami
|
Sunsetyellow FCF (orange),
Carmoisine (Merah), Brilliant Blue FCF (biru), Tartrazine (kuning), dll
|
Pewarna sintesis
|
|
Pengawet
|
Natrium benzoat, Natrium Nitrat,
Asam Sitrat, Asam Sorbat, Formalin
|
Terlalu banyak mengkonsumsi zat
pengawet akan mengurangi daya tahan tubuh terhadap penyakit
|
Penyedap
|
Pala, merica, cabai, laos, kunyit,
ketumbar
|
Penyedap alami
|
Mono-natrium glutamat/vetsin
(ajinomoto/sasa), asam cuka, benzaldehida, amil asetat, dll
|
Penyedap sintesis
|
|
Antioksidan
|
Butil hidroksi anisol (BHA), butil
hidroksi toluena (BHT), tokoferol
|
Mencegah Ketengikan
|
Pemutih
|
Hidrogen peroksida, oksida klor,
benzoil peroksida, natrium hipoklorit
|
-
|
Pemanis bukan gula
|
Sakarin, Dulsin, Siklamat
|
Baik dikonsumsi penderita
diabetes, Khusus siklamat bersifat karsinogen
|
Pengatur keasaman
|
Aluminium amonium/kalium/natrium
sulfat, asam laktat
|
Menjadi lebih asam, lebih basa,
atau menetralkan makanan
|
Anti Gumpal
|
Aluminium silikat, kalsium
silikat, magnesium karbonat, magnesium oksida
|
Ditambahkan ke dalam pangan dalam
bentuk bubuk
|
2.4 Bahaya Bahan Aditif Makanan Kesehatan
Berikut adalah tabel pengaruh beberapa bahan pengawet terhadap
kesehatan, yaitu:
Bahan Pengawet
|
Produk Pangan
|
Pengaruh terhadap Kesehatan
|
Ca-benzoat
|
Sari buah, minuman ringan, minuman
anggur manis,
ikan asin |
Dapat menyebabkan reaksi merugikan
pada asmatis dan yang peka terhadap aspirin
|
Sulfur dioksida
(SO2) |
Sari buah, cider, buah
kering, kacang kering, sirup, acar
|
Dapat menyebabkan pelukaan
lambung, mempercepat serangan asma, mutasi genetik, kanker danalergi
|
K-nitrit
|
Daging kornet, daging kering,
daging asin, pikel daging
|
Nitrit dapat mempengaruhi kemampuan
sel darah untuk membawa oksigen, menyebabkan kesulitan bernafas dan sakit
kepala, anemia, radang ginjal, muntah
|
Ca- / Na-propionat
|
Produk roti dan tepung
|
Migrain, kelelahan, kesulitan
tidur
|
Na-metasulfat
|
Produk roti dan tepung
|
Alergi kulit
|
Asam sorbet
|
Produk jeruk, keju, pikel dan
salad
|
Pelukaan kulit
|
Natamysin
|
Produk daging dan keju
|
Dapat menyebabkan mual, muntah,
tidak nafsu makan, diare dan pelukaan kulit
|
K-asetat
|
Makanan asam
|
Merusak fungsi ginjal
|
BHA
|
Daging babi segar dan sosisnya,
minyak sayur, shortening, kripik kentang, pizza beku, instant teas
|
Menyebabkan penyakit hati dan
kanker.
|
Secara umum,
zat aditif makanan dapat dibagi menjadi dua yaitu : (a) aditif sengaja, yaitu
aditif yang diberikan dengan sengaja dengan maksud dan tujuan tertentu, seperti
untuk meningkatkan nilai gizi, cita rasa, mengendalikan keasaman dan kebasaan,
memantapkan bentuk dan rupa, dan lain sebagainya. Dan kedua, (b) aditif tidak
sengaja, yaitu aditif yang terdapat dalam makanan dalam jumlah sangat kecil
sebagai akibat dari proses pengolahan.
Bila dilihat
dari sumbernya, zat aditif dapat berasal dari sumber alamiah seperti lesitin,
asam sitrat, dan lain-lain, dapat juga disintesis dari bahan kimia yang
mempunyai sifat serupa dengan bahan alamiah yang sejenis, baik susunan kimia,
maupun sifat metabolismenya seperti karoten, asam askorbat, dan lain-lain. Pada
umumnya bahan sintetis mempunyai kelebihan, yaitu lebih pekat, lebih stabil,
dan lebih murah. Walaupun demikian ada kelemahannya yaitu sering terjadi
ketidaksempurnaan proses sehingga mengandung zat-zat berbahaya bagi kesehatan,
dan kadang-kadang bersifat karsinogen yang dapat merangsang terjadinya kanker
pada hewan dan manusia.
2.5 Melamin
Istilah
"melamina" juga digunakan untuk merujuk pada resin melamina, yakni plastik
yang dibuat dari melamina dan formaldehida. Bedakan pula dengan melanin, pigmen yang ditemukan pada kulit dan rambut.
Melamina
|
|
Nama IUPAC
: 1,3,5-Triazina-2,4,6-triamina
|
|
Nama
lain :Sianurotriamida,Sianurotriamina,Sianuramida
|
|
Identifikasi
|
|
[108-78-1]
|
|
Nc1nc(N)nc(N)n1
|
|
Sifat
|
|
C3H6N6
|
|
126,12
g/mol
|
|
Penampilan
|
Putih
padat
|
1574
kg/m3
|
|
Menyublim
|
|
3,1
g/l (20 °C)
|
Melamina
adalah senyawa basa organik dengan rumus
kimia C3H6N6
dan memiliki nama IUPAC
1,3,5-triazina-2,4,6-triamina.
Ia hanya sedikit larut dalam air. Melamina adalah trimer dari sianamida, dan seperti
sianamida, ia mengandung 66% nitrogen (berdasarkan massa). Ia merupakan metabolit
dari siromazina, sejenis pestisida.
Melamina terbentuk dalam tubuh mamalia yang mengkonsumsi siromazina. Dilaporkan
juga siromazina diubah menjadi melamina pada tanaman.
Ditemukan melamin dalam produk pangan semakin memperpanjang daftar
pangan di Indonesia yang terkontaminasi bahan kimia berbahaya. Selama kita
mengenal melamin mungkin hanya dari peralatan makanan dan minuman yang kita
pakai, seperti mangkok, gelas, atau piring melamin. Memang, bersama dengan
formaldehid, melamin digunakan untuk memproduksi perangkat makan minum tahan
panas tersebut.

Gambar
6: gambar bubuk melamin
Dengan terbongkarnya kasus penyalahgunaan melamin dalam produk susu
China dan turunannya pada September 2008, semakin membuka mata kita bahwa
pelaku usaha bisa menggunakan cara apapun untuk merekayasa produknya. Tanpa
perduli itu berbahaya atau tidak. Sejatinya zat-zat berbahaya yang masuk
kedalam tubuh akan ditolak oleh system perncernaan. Dan ginjal adalah organ
yang pertama kali kesulitan untuk membersihkan zat tersebut. Karena akumulasi
zat berbahaya, ginjal pun mengalami kegagalan fungsi, seperti yang terjadi di
China, sejak terungkapnya produk susu yang mengandung melamin, terdapat 4 bayi
yang meninggal, sedangkan 53 ribu lainnya mengalami sakit ginjal.
Konsumen memang tidak dapat membedakannya secara kasat mata.
Karenanya itu konsumen harus bisa cerdas dan kritik dalam memilih suatu barang.
Jadikan daftar produk berbahaya yang dikeluarkan pemerintah sebagai pegangan
berbelanja, dan protes ke retail bila masih menemukan produk-produk tersebut di
pasaran.
Melamin adalah senyawa basa organik dengan rumus kimia C3H6N6
dan memiliki nama IUPAC 1,3,5-triazina-2,4,6-triamina. Ia hanya sedikit larut
dalam air. Melamina adalah trimer dari sianamida, dan seperti sianamida, berdasarkan massanya ia
mengandung 66% nitrogen. Ia merupakan metabolit dari siromazina, sejenis
pestisida. Melamina terbentuk dalam tubuh mamalia yang mengkonsumsi siromazina.
Dilaporkan juga siromazina diubah menjadi melamina pada tanaman.
Melamina pertama kali disintesis oleh Liebig pada tahun 1834. Pada
produksi awal, kalsium sianamida diubah menjadi disiandiamida, kemudian
dipanaskan di atas titik leburnya untuk menghasilkan melamina. Namun, pada
zaman sekarang, kebanyakan pabrik industri menggunakan urea untuk menghasilkan
melamina melalui reaksi berikut
6
(NH2)2CO → C3H6N6 + 6 NH3
+ 3 CO2
Pertama-tama, urea terurai menjadi asam sianat pada
reaksi endotermik: (NH2)2CO → HCNO + NH3. Kemudian asam sianat berpolimerisasi
membentuk melamina dan karbon dioksida: 6 HCNO → C3H6N6 + 3 CO2. Reaksi kedua
adalah eksotermik, namun keseluruhan proses reaksi bersifat endotermik
Melamine juga termasuk zat kimia beracun yang biasa
digunakan untuk pembuatan plastik, pupuk dan produk pembersih. Cikal bakal
melamine dimulai tahun 1907 ketika ilmuwan kimia asal Belgia, Leo Hendrik
Baekeland, berhasil menemukan plastik sintesis pertama yang disebut Bakelite.
Penemuan itu merupakan salah satu peristiwa bersejarah keberhasilan teknologi
kimia awal abad 20. Melamin merupakan suatu polimer, yaitu suatu persenyawaan
kimia (polimerisasi) antara monomer formaldehid dan fenol.
Apabila kedua
monomer itu bergabung, maka sifat toxic dari formaldehid akan hilang karena
telah terlebur menjadi satu senyawa, yakni melamin. Formaldehid dalam senyawa
melamine dapat muncul kembali karena depolimerisasi. Akibat proses ini,
formaldehid terlepas menjadi monomer yang bersifat racun. Pemicunya bisa berupa
paparan panas, sinar ultra violet, gesekan, dan tergerusnya permukaan melamin
hingga partikel formaldehid terlepas.
Pada awalnya Bakelite banyak digunakan sebagai bahan
dasar pembuatan telepon generasi pertama. Kemudian senyawa ini dikembangkan dan
diterapkan untuk industri perlengkapan rumah tangga, termasuk perangkat makan.
Pada 1930 – 1940-an, perusahaan-perusahaan di AS macam Cyanamid, Ciba, dan
Henkel mengembangkan senyawa ini untuk industri tekstil sebagai bahan pengisi
dan perekat. Keunggulannya berupa kejernihan, stabil terhadap panas, cahaya,
bahan kimia, goresan, bahkan api.
Melamine sebagai bahan dasar peralatan makan,
seperti sendok, garpu, piring, gelas, cangkir, mangkuk, sendok sup, dan
tempayan seperti yang dihasilkan dari melamin. Peralatan makan yang terbuat
dari melamin di satu sisi menawarkan banyak kelebihan. Selain desain warna yang
beragam dan menarik, fungsinya juga lebih unggul dibanding peralatan makan lain
yang terbuat dari keramik, logam, atau kaca. Melamin lebih ringan, kuat, dan
tak mudah pecah serta mudah dibersihkan. Harga peralatan melamin pun relatif
lebih murah dibanding yang terbuat dari keramik misalnya :
Pada salah satu produk susu bermerek dagang ‘Sanlu’
Merek produk susu terkenal dicina ditemukan jejak tripolycyanamide yang dapat
menyebabkan terbentuknya batu ginjal. Bayi – bayi yang mengkonsumsi susu
tersebut memperlihatkan gejala yang sama, sulit untuk mengeluarkan air seni dan
sering muntah – muntah. Kuat dugaan, bayi- bayi yang belum berusia 11 bulan
tersebut mengidap kencing batu karena meminum susu formula yang terkontaminasi
melamin.
2.6 Kandungan melamin pada
susu kemasan
Berdasarkan hasil analisis laboratorium AQSIQ (Administration
of Quality Supervision, Inspection and Quarantine), Cina, kandungan melamin
yang ditemukan dalam susu formula buatan ke-22 pabrik ini berkisar antara 0,09
mg/kg hingga 619 mg/kg susu. Tapi, melamin dalam susu formula produksi Sanlu
Co. Mencapai 2.563 mg/kg! AQSIQ melaporkan, melamin juga positif ditemukan
dalam susu cair yang diproduksi Mengniu Dairy Group Co., Yili Industrial Co.
dan Bright Dairy yang berkantor pusat di Shanghai.
Menurut Food and Drugs Administration (Badan Makanan
dan Obat) Amerika Serikat, asupan harian melamin yang dapat ditoleransi
(tolerable daily intake/TDI) tubuh adalah 0,63 mg/kg berat badan. Pada
masyarakat Eropa, otoritas pengawas makanannya mengeset standar lebih tinggi
lagi, yaitu 0,5 mg/kg berat badan. Jadi, dengan kadar melamin dalam susu yang
ditemukan berkisar antara 0,09 mg/kg susu hingga 619 mg/kg susu, bila konsumsi
per kg berat badan bayi sekitar 140 g per hari, itu artinya bayi akan menerima
asupan melamin 0,013-86,7 mg/kg berat badan. Bahkan, kalau mengonsumsi susu
yang terkontaminasi melamin hingga 2.563 mg/kg susu, berarti asupan melaminnya
akan mencapai 358,8 mg/kg berat badan. Jauh melebihi batas toleransi!
Jumlah maksimum melamin yang diperbolehkan dalam
susu bubuk untuk bayi adalah 1 mg/kg dan jumlah maksimum bahan kimia yang
diperbolehkan untuk makanan lain dan makanan binatang adalah 2,5 mg/kg,
berdasarkan peraturan baru dari Komisi Standarisasi Makanan PBB, Codex
Alimentarius Commission, demikian siaran pers World Health Organitation (WHO) 6
Juli 2010
Melamin yang dipermasalahkan adalah senyawa organik
bersifat basa dengan rumus C3H6N6, kandungan
nitrogennya sampai 66 persen, biasa didapat sebagai kristal putih. Melamin
biasanya digunakan untuk membuat plastik, lem, dan pupuk.Plastik dari melamin, karena
sifat tahan panasnya, digunakan luas untuk perkakas dapur. Jadi, melamin yang
kini diributkan berbeda dengan melamin plastik perkakas. Melamin yang
diributkan ini adalah bahan dasar plastik melamin.
Berdasarkan informasi di situs WHO, pencampuran melamin
pada susu berawal dari tindakan pengoplosan susu dengan air. Akibat pengenceran
ini, kandungan protein susu turun. Karena pabrik berbahan baku susu biasanya
mengecek kandungan protein melalui penentuan kandungan nitrogen, penambahan
melamin dimaksudkan untuk mengelabui pengecekan agar susu encer tadi
dikategorikan normal kandungan proteinnya.
Penambahan melamin ke makanan tidak diperbolehkan
oleh otoritas pengawas makanan negara mana pun. Walaupun seperti diberitakan
Kompas, studi tentang efek konsumsi melamin pada manusia belum ada, hasil
ekstrapolasi dari studi pada hewan dapat digunakan untuk memperkirakan efek
pada manusia.
Hal itu telah tampak bila melamin bergabung dengan
asam sianurat (yang biasa juga terdapat sebagai pengotor melamin) akan terbentuk
kristal yang dapat menjadi batu ginjal. Batu ginjal ini telah tampak pada
hewan-hewan korban kasus pengoplosan melamin tahun lalu. Batu ginjal inilah
yang dapat menyumbat saluran kecil di ginjal yang kemudian dapat menghentikan
produksi urine, gagal ginjal, bahkan kematian.
Telah diketahui juga bahwa melamin bersifat
karsinogen pada hewan. Gejala yang diamati akibat kontaminasi melamin terdapat
pada darah di urine, produksi urine yang sedikit, atau sama sekali tidak
dihasilkan, tanda-tanda infeksi ginjal, dan tekanan darah tinggi.
Melamin memang tidak dapat dimetabolisme oleh tubuh.
Data keselamatan menyatakan, senyawa ini memiliki toksisitas akut rendah LD50
di tikus, yaitu 3.161 mg per kg berat badan. Pada studi dengan menggunakan
hewan memang dikonfirmasi, asupan melamin murni yang tinggi mengakibatkan
inflamasi kandung kemih dan pembentukan batu kandung kemih.
Food and Drugs Administration (Badan Makanan dan
Obat) Amerika Serikat menyatakan, asupan harian yang dapat ditoleransi
(tolerable daily intake/TDI) melamin adalah 0,63 mg per kg berat badan. Pada
masyarakat Eropa, otoritas pengawas makanannya mengeset standar yang lebih
rendah, yaitu 0,5 mg per kg berat badan.
Dari inspeksi yang dilakukan di China, dari 491
batch (kelompok) yang dites, 69 di antaranya positif mengandung melamin,
berkisar dari 0,09 mg per kg susu sampai 619 mg per kg susu. Bahkan ada yang
mencapai 2.563 mg per kg.
Dengan konsumsi susu formula per kg berat badan bayi
sekitar 140 g sehari, kalau bayi mengonsumsi susu yang terkontaminasi akan
menerima asupan melamin 0,013-86,7 mg per kg berat badannya. Bahkan, kalau
mengonsumsi susu yang terkontaminasi 2.563 mg melamin per kg susu, dapat
mencapai asupan 358,8 mg per kg berat badannya. Jauh melampaui batas
toleransinya!
Melamin adalah basa organik dengan rumus kimia C3H6N6.
Zat ini merupakan trimer dari cyanida. Bersama dengan formaldehyde melamin
digunakan untuk memproduksi resin melamin, plastik yang sangat tahan panas, dan
busa melamin, produk polimer pembersih. Melamin merupakan metabolit dari
cyromazine, salah satu senyawa pestisida.
Melamin ditambahkan ke dalam susu untuk membuat
‘seolah-olah’ kadar protein dalam susu tinggi. Hal ini biasa dilakukan
pada hewan ruminant (sapi, kerbau, dan lainnya) untuk meningkatkan asupan nitrogen.
Berbeda dengan hewan lainnya, hewan ruminant seperti sapi memperoleh asupan
nitrogen dari proses fermentasi makanan bukan protein (makanan utama sapi
adalah rumput-rumputan) oleh bakteri yang terdapat dalam sistem pencernaan.
Nitrogen hasil fermentasi ini disebut sebagai non-protein nitrogen (NPN). Nah
melamin ini dianggap bisa menjadi sumber non-protein nitrogen (NPN). Meskipun
hal ini masih menjadi kotroversi.
Sayangnya, demi mendapat keuntungan lebih, hal ini
juga dilakukan pada susu. Melamin ditambahkan sebagai aditif sumber NPN. Padahal
jelas-jelas manusia berbeda dengan sapi dan ruminant lainnya. Sistem pencernaan
manusia tidak memiliki bakteri yang dapat melakukan fermentasi seperti pada
sapi. Alih-alih dapat meningkatkan asupan nitrogen, melamin malah menyebabkan
keracunan seperti yang terjadi di China baru-baru ini.
Selain itu juga penambahan melamin di ‘atas kertas’
memang betul-betul dapat menaikkan kandungan protein. Analisa protein biasanya
dilakukan dengan metode kjeldahl, mengukur jumlah nitrogen yang kemudian
dikonversi menjadi jumlah protein dengan suatu tetapan standar. Saat dilakukan
uji analisa kandungan protein, hasil menunjukkan kandungan nitrogen yang besar.
Padahal sebenarnya angka tesebut diperoleh bukan hanya dari protein, namun juga
melamin. Karena melamin ini memiliki gugus nitrogen, maka jumlah nitrogen yang
terukur akan semakin bertambah dan otomatis akan membuat kandungan protein
seolah-olah tinggi.
Kandungan protein yang tinggi memang biasa dijadikan
parameter untuk menentukan kualitas susu. Sehingga bila di atas kertas suatu
produk susu mempunyai jumlah protein yang besar, dapat dikatakan ia mempunyai
kualitas yang baik. Maka produsen-pun berusaha agar produknya memiliki
kandungan protein yang tinggi.
2.7
Bahaya
melamin pada kesehatan tubuh
Melamin merupakan senyawa polimer yang merupakan
gabungan monomer formaldehide (formalin) dan fenol yang apabila komponen
penyusun melamin tersebut dalam komposisi yang seimbang kelihatan aman tetapi
harus diwaspadai seringkali dalam pembuatan melamin proses pencampurannya
sering kali tak terkontrol. Apabila komposisi antara formaldehide dengan fenol
tidak seimbang maka aka terjadi residu, yaitu monomer formaldehide atau fenol
yang tidak bersenyawa sempurna. Sisa monomer formaldehide inilah yang berbahaya
bagi kesehatan tubuh. Selain itu senyawa
melamin rentan terhadap panas dan sinar ultravilet yang dapat mendepolimerisasi
melamin menjadi monomer formaldehide dan fenol. Meski tahan di rentang suhu 120
derajat celcius sampai 30 derajat C di bawah nol, tapi karena menyerap panas,
melamin tak tahan dipapar panas terlalu tinggi. Apalagi terpapar dalam jangka
waktu lama.
Oleh sebab itu melamin tak bisa digunakan dalam
microwave. Gesekan terhadap peralatan melamin juga berpotensi melepaskan residu
formaldehide yang terperangkap sebelumnya. Sehingga meskipun kontrol pembuatan peralatan melamin sudah baik masih
menyimpan bahaya bagi kesehatan. Formaldehide atau yang kita kenal sebagai
formalin merupakan desinfektan yang sering pula digunakan sebagai bahan
pengawet mayat yang sangat mudah masuk ke dalam tubuh lewat jalur oral/mulut,
saluran pernafasan dan pembuluh darah. Formaldehid yang masuk ke dalam tubuh
dapat mengganggu fungsi sel, bahkan dapat pula mengakibatkan kematian sel.
Berdasarkan acuan kesehatan di Inggris, paparan maksimumnya 2 ppm atau 2 mg/l.
Sedangkan Amerika Serikat (AS) menetapkan paparan maksimum untuk jangka panjang
1 ppm dan jangka pendek 2 ppm.
a.
Pengaruh segera pada
mereka yang teracuni formalin adalah gejala iritasi dan alergi (mis: mata
berair, kemerahan, mual, muntah, diare, kencing campur darah, rasa terbakar,
gatal, pusing bahkan bisa tidak sadarkan diri).
b.
Pengaruh kronis dari
keracunan formalin dapat mengakibatkan iritasi yang parah, kerusakan fungsi
hati, ginjal, syaraf dan organ lainnya. Pada hewan coba formalin mempunyai efek
karsinogenik (menyebabkan kanker/ keganasan), pada manusia diyakini akan
menimbulkan efek serupa. Sebagai efek kronis, efek ini tidak tampak segera tapi
baru muncul setelah terjadi akumulasi formalin karena konsumsi / terpapar
cemaran formalin dalam jangka lama.
c.
Berpotensi ginjal
menghentikan produksi air kencing , kegagalan ginjal dan kematian beberapa
kasus. Melamine juga menunjukkan carcinogenic efek di binatang.
d.
Gangguan metabolisme
tubuh.
e.
Serangan akut pada saluran pencernaan
f.
Gangguan fungsi ginjal berupa batu ginjal dan
komplikasi dengan kristalisasi yang menghalangi pembuluh kecil di ginjal.
g.
Merusak sistem kekebalan tubuh.
h.
Menimbulkan masalah pernafasan.
i.
Jika terpapar dalam
jangka panjang bisa menyebabkan gangguan fungsi oragan-organ lain dalam tubuh.
Penambahan melamine pada susu
standart rendah atau susu encer yang kadar airnya tinggi akan meningkatkan
kadar protein susu bubuk. Karena metode standart untuk menguji kadar protein
susu bubuk atau susu cair memakai ukuran kandungan total nitrogen. Sehingga
bila dicampur dengan susu enter jelas akan nyaris sempurna dan tidak bisa
dibedakan dengan kasat mata.
Struktur kimiawi dari protein itu
sendiri sangat kompleks. Isinya terutama Carbon, Hydrogen, Oksigen dan
Nitrogen. Struktur ini tentunya dideteksi di laboratorium tidak dengan cara
yang mudah. Untuk memastikan kandungan protein dengan cara yang rumit juga.
Bahayanya apabila produk susu
ditambahkan melamine konsumen akan terkena gagal ginjal karena melamine dapat
membentuk Kristal di saluran ginjal bahkan akan menutup saluran kencing dan
menyebabkan kebutaan serta dapat mengakibatkan kerusakan pada reproduksi juga
dapat menyebabkan kanker.
Melamin mempunyai LD50 >3000
mg/kg berdasar data percobaan terhadap tikus. Melamin dapat membuat iritasi
bila terhisap dan bila kontak dengan mata atau kulit. Melamin juga dapat
mengakibatkan kerusakan pada reproduksi, kandung kemih, dan batu ginjal. Juga
dapat menyebabkan kanker.
Ini adalah bukti nyata bahwa yang
namanya sintetis buatan manusia pasti suatu saat ada kesalahannya. ASI jauh
lebih baik dari susu formula. Ini yang harus di ingat oleh para ibu. Jadi
apabila tidak dalam kondisi darurat (misal: ASI tidak keluar) sebaiknya ASI
menjadi pilihan utama bagi bayi
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.
Melamin merupakan zat
kimia beracun yang biasa digunakan dalam pembuatan plastik, pupuk, dan produk
pembersih.
2.
Melamin ditambahkan ke
dalam susu untuk membuat seolah- olah kadar protein dalam susu tinggi
3.
Melamin memiliki daya
lekat yang kuat sehingga mengendap pada saluran kemih, terjadi pengkristalan
pada ginjal, dan menyebabkan kanker.
3.2 Saran
Untuk itu, sekarang lebih berhati-hatilah bila
mengonsumsi susu dan produk-produk terusannya yang juga berbahan baku susu,
seperti es krim, permen, biskuit, yoghurt, dll. Sesuai anjuran Badan POM,
sementara ini janganlah mengkonsumsi susu atau produk yang mengandung susu asal
Cina yang sudah dilarang pendistribusiannya di dalam negeri. Apalagi bila
produk itu tidak terdaftar atau ilegal alias tidak punya nomor registrasi ML
(sejumlah produk beregistrasi ML pun ada yang dilarang dan ditarik dari
peredaran)